Mundurnya "dunia akademik" dan majunya politik kuasa dalam kampus....
Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako telah melahirkan banyak sarjana berkualitas tinggi dan diakui oleh publik di berbagai ruang interaksi skala lokal hingga internasional. Mereka juga telah memberi pengaruh kuat terhadap perkembangan di lapangan sosial bahkan di luar kekhususan disiplin akadamiknya. Tanpa disebutpun, nama mereka sudah dikenal cukup luas, termasuk andil mereka di berbagai bidang hidup, momentum sejarah, termasuk sebagai pendorong utama gerakan sosial progresif di Sulawesi Tengah bahkan Nasional. Capaian kualitas aktor-aktor perubahan yang berasal dari Jurusan Sosiologi ini, tidak semata-mata diperoleh melalui tatap muka di kelas-kelas dengan kawalan Dosen-dosen pengampuh mata kuliah. Di antara mereka (kebanyakan) bahkan menyatakan dengan tegas, keandalan mereka lebih banyak diperoleh melalui proses belajar di lembaga kemahasiswaan internal pun eksternal kampus, bukan di kelas. Mahasiswa Sosiologi memiliki HIMASOS (Himpunan Mahasiswa Sosiologi) yang telah melahirkan tokoh-tokoh intelektual kritis progresif dan mengharumkan almamaternya di mana pun mereka beraktivitas. Peran dan dukungan Universitas maupun fakultas terhadap aktivitas mereka di masa lalu cukup kuat, meski bantuan-bantuan dari organisasi donor eksternal non-pemerintahan sama sekali tidak ada. Saya sendiri, meski beraktivitas di tahun 90-an kala perlawanan terhadap Orde Baru sedang kuat-kuatnya, dukungan terhadap HIMASOS cukup kuat (di masa itu), beberapa kali pertemuan nasional-regional (dalam setahun) mendapat perhatian dan dukungan pendanaan yang layak dari "elite pemerintahan kampus" --padahal keuangan dan sumber-sumber keuangan universitas sangat minim waktu itu--... Kini ketika sumber-sumber pendanaan demikian terbuka, angka rupiah sumbangan pendidikan dari mahasiswa jauh lebih tinggi (90 ribu, sekarang 1,8 juta), tetapi untuk mendanai aktivitas organisasi besar seperti HIMASOS dihargai Rp. 1 Juta untuk mengirim delegasi Kongres Nasional sebanyak 3 orang (seperti yang diposting oleh kawan Aries Bira di tautan FB-nya). Sepertinya kita yang berstatus "Guru" bagi mereka harus memasang Cermin Raksasa untuk berkaca, agar memiliki kepekaan kuat dan cerdas untuk merespons tanda-tanda zaman: Mundurnya "dunia akademik" dan majunya politik kuasa dalam kampus.... Buat kawan-kawan HIMASOS, jangan pernah surut, majulah terus meski induk semangmu tak indahkan kalian....
Posting Asli:
https://www.facebook.com/oyot.lapugo.1/posts/344944198957429
Comments
Post a Comment
Komen2x: