Masih haruskah dirusak hatinya yang bening itu...?

Usianya 86 tahun. Dinyatakan buta seumur hidup oleh dokter sejak tahun 1980. Praktis 33 tahun lebih beliau menjalani hidup sebagai Tunanetra. Tinggal menetap sejak tahun 1985 di sebuah Desa terpencil ujung Utara Sulawesi Tengah, di pinggiran Pantai yang sepi jauh dari permukiman penduduk. 

Dalam kebutaan itu dia tidak diam dan menunggu saatnya tiba dijemput oleh pemilik Hidup seluruh makhluk dan alam semesta. Bercita-cita mendirikan sebuah pesantren di tanah warisan orang tuanya itu. 

Dalam kerentaan dan butanya itu, beliau telah menghasilkan puluhan jumlah pukat penangkap ikan dengan berbagai ukuran (antara 100 sampai 500-an meter) yang dibuat dengan tangannya sendiri. Sudah 4 buah rompong dibuatnya dan tenggelam semua. Baru-baru ini rompong ke 5 sudah selesai dan diharap dapat bertahan lebih lama. 

Semua alat penangkap ikan itu, dimaksudkan untuk mengumpulkan dana membangun pesantren dan membantu rakyat miskin sekitar yang tidak memiliki alat produksi.... 

Siang tadi beliau mengeluh, rumah gubuknya dimasuki pencuri di saat beliau keluar menengok warga sekitar yang sedang sakit. Bagi saya ini hantaman yang sangat telak terhadap idealisme dan komitmen moralku.....! 

Hampir semua penduduk mulai anak sampai orang seusia beliau kenal padanya, tetapi sungguh tak disangka, ada saja orang yang masih tega mencuri di rumah orang buta yang seharusnya dilindungi. Kalau kejadian ini di kota, masih bisa dianggap mungkin. Tetapi terjadi di desa, tanah kelahiran yang sangat dicintainya, bahkan diakhir hayatpun mencoba membangun desa dan manusianya agar bermoral baik. 

Masih haruskah dirusak hatinya yang bening itu...? hampir saja aku menyangsikan kearifan lokal yang diagungkan oleh teori dan konsep ideal di ruang-ruang diskusi... di mana adat...? di mana negara? di mana moral? Kalau kau ada bungkamlah, karena kau tak memberi makna pada hidup orang buta ini.




Comments

Popular Posts