Saya mendapat nasehat dari beberapa sahabat yang mengaduk-aduk perasaan. Kata mereka, saya sibuk mengawal berbagai kasus di luar kampus, tetapi korupsi di dalam kampus dibiarkan menggurita.
Memang isu Korupsi di kampus sudah bertahun lampau mengudara lalu hening. Beberapa kali seperti itu. Jujur sebagai orang yang belajar lalu mengabdi menjadi dosen di Kampus Untad, cinta terhadapnya lebih kuat dari rasa malu dan amarah untuk memburu koruptor di dalamnya. Malu karena di kampus tercinta ternyata bersemayam koruptor. Marah karena para koruptor ini merusak martabat Kampus Untad. Sialnya para koruptor dan jejaringnya merasa kebal hukum...
Tunggulah kalian, berdoalah semoga saya bisa menahan amarah....
Dan kalian harus tahu, bila saya memutuskan melawan kalian, yakinlah saya tidak akan mundur selembar rambutpun. Maka berdoalah, semoga amarahku surut...!!!
Mengendalikan sedih sungguh merepotkan bila dia tumbuh dari amarah. Menekan amarah agar tidak meluap bukan gampang, karena luapannya bisa membakar seisi dunia.
Seperti adat bila digenggam hanya sekepalan tangan, bila dibuka akan menyinari dunia dan seisinya.
Maka jangan marah, meski hanya segenggaman. Lebih baik repot mengendalikan sedih karena amarah, daripada menanggung akibat seisi dunia membenci.

Comments
Post a Comment
Komen2x: