Panik Kolektif
Jadi ingat kepanikan pasca gempa 28/S/18. Gelap gulita bila malam, panas membakar kala siang. Semua memohon pertolongan dan ampunan kepada NYA. Hanya 2 hari kesadaran itu, lalu penjarahan menyebar luas untuk semua jenis barang dan makanan. Hasrat liar mengambil hak orang lain mirip penyebaran virus. Mungkin karena Panik massal. Kita memang mudah panik dan gampang lupa.
Sekarang Corona menjadi momok. Dalam waktu yang sangat singkat masker ludes diborong oleh orang-orang yang empatinya level dengkul.
Padahal ini baru permulaan. Di depan sedang menunggu giliran, bencana demi bencana akan susul menyusul, karena keseimbangan Bumi sedang terganggu. Tiang menyangga di pusat Bumi sedang tidak berfungsi sebagaimana harusnya.
TAWAF di titik NOL sedang berhenti, penyangga kekuatan lapisan atmosfir sedang buruk, benda2 langit berpeluang besar masuk di bumi. Sementara kerak Bumi rapuh, arah angin tidak beraturan, dasar bumi dan pusat laut bergemuruh, hujan pun tak patuh hukum yang semula diyakini Iptek.
Kita sedang di arak menuju rumah masing-masing untuk saling menjaga. Menghindari keramaian. Menghindari pasar-pasar tradisional pun modern.
Sebentar lagi gelombang elektromagnetik terganggu akibat berhentinya TAWAF. Para pecinta Games Online dan Pameran di Dumay akan terganggu stabilitas mentalnya.
Tidak lama lagi kita semua hanya bisa berharap pertolongan Allah...
Tetapi semua ini baru permulaan. Sebagai latihan akal, mental, dan tubuh atas derita yang segera susul menyusul dengan derajat yang makin meninggi.
Sekarang ini kita diberi peringatan untuk menghindari keramaian, mulai dari pusat-pusat belanja, olah raga, sosialisasi kandidat Pilkada, hiburan, sekolah, kantor, dan masih banyak lagi.
Lihatlah... Sebentar lagi uang dan kekayaan tidak akan berarti apa-apa. Maka segera tundukan hati dan hasrat kuasa duhai orang-orang yang tak bersyukur.
@PANIK KOLEKTIF
Postingan Asli
Sekarang Corona menjadi momok. Dalam waktu yang sangat singkat masker ludes diborong oleh orang-orang yang empatinya level dengkul.
Padahal ini baru permulaan. Di depan sedang menunggu giliran, bencana demi bencana akan susul menyusul, karena keseimbangan Bumi sedang terganggu. Tiang menyangga di pusat Bumi sedang tidak berfungsi sebagaimana harusnya.
TAWAF di titik NOL sedang berhenti, penyangga kekuatan lapisan atmosfir sedang buruk, benda2 langit berpeluang besar masuk di bumi. Sementara kerak Bumi rapuh, arah angin tidak beraturan, dasar bumi dan pusat laut bergemuruh, hujan pun tak patuh hukum yang semula diyakini Iptek.
Kita sedang di arak menuju rumah masing-masing untuk saling menjaga. Menghindari keramaian. Menghindari pasar-pasar tradisional pun modern.
Sebentar lagi gelombang elektromagnetik terganggu akibat berhentinya TAWAF. Para pecinta Games Online dan Pameran di Dumay akan terganggu stabilitas mentalnya.
Tidak lama lagi kita semua hanya bisa berharap pertolongan Allah...
Tetapi semua ini baru permulaan. Sebagai latihan akal, mental, dan tubuh atas derita yang segera susul menyusul dengan derajat yang makin meninggi.
Sekarang ini kita diberi peringatan untuk menghindari keramaian, mulai dari pusat-pusat belanja, olah raga, sosialisasi kandidat Pilkada, hiburan, sekolah, kantor, dan masih banyak lagi.
Lihatlah... Sebentar lagi uang dan kekayaan tidak akan berarti apa-apa. Maka segera tundukan hati dan hasrat kuasa duhai orang-orang yang tak bersyukur.
@PANIK KOLEKTIF
Postingan Asli

Comments
Post a Comment
Komen2x: