AISYAH
Seandainya ilmu Aisyah dibandingkan dengan gabungan ilmu semua Ummul Mukminin yang lain bahkan ilmu seluruh wanita, niscaya ilmu Aisyah lebih unggul (Al Zuhri).
Aku telah mempelajari selama bertahun-tahun perjalanan hidup Sayyidah Aisyah. Di dalamnya aku menemukan keajaiban yang berat untuk dituliskan dengan kalam. Aku mendapati di dalamnya keluasan pengetahuan yang menakjubkan, bagaikan samudera lepas dengan riak gelombang yang menyempurnakannya, cakrawala yang luas, dan warna-warni yang beraneka. Kau bisa mempelajari apa pun darinya ilmu yang engkau kehendaki, baik itu fikih, hadist, tafsir, atau ilmu syariat, sastra, syair, akhbar, ilmu tentang silsilah nasab, kebanggaan suatu kaum, kedokteran, juga sejarah. Niscaya kau akan mendapati kedalaman pada setiap bidang ilmu yang kau pelajari darinya. Ketakjuban dan kekaguman tidak akan habis ketika kau terus mendalami dan mempelajari setiap bidang ilmu yang dia kuasai. (Alzarkasyi).
Kutipan itu saya ambil dari sebuah buku karya seorang laki-laki, sekali lagi seorang laki-laki bernama Dr. Muhammad Said Ramadhan al Buthi (berjudul seperti pada gambar).
Setelah membaca buku yang ditulis laki-laki itu, muncul pertanyaan pada diri saya, apakah kaum perempuan Indonesia, minimal para aktivis perempuan yang memperjuangkan hak-hak perempuan telah mempelajari Kehidupan Aisyah...? Padahal seorang Alzarkasyi menyibukan diri bertahun-tahun mempelajari perjalanan hidupnya. Bahkan:
"setelah Nabi SAW wafat, para sahabat akan mendatangi Aisyah r.a. ketika mereka menghadapi suatu masalah dalam urusan agama dan tidak mendapatkan jalan keluar. Mereka menemui Aisyah, berkonsultasi kepadanya dan meminta pandangan atau ketetapan hukumnya. Kadang-kadang mereka mendatanginya bukan hanya ketika menghadapi masalah agama, melainkan urusan muamalah dan persoalan domestik".
Aisyah menjadi tempat berlindung para perempuan lemah. Mereka datang dan bersandar kepada Aisyah untuk mendapatkan hak-hak mereka.
Peran Aisyah sebagai rujukan umat dalam berbagai masalah, makin besar di masa khalifah Umar bin Khattab. Orang-orang datang menemuinya dari berbagai pelosok yang jauh meminta fatwa dan berkonsultasi mengenai berbagai persolaan agama dan kemasyarakatan. Bahkan Umar Bin Khattab sering berduskusi dengannya membicarakan berbagai masalah dan ketetapan hukum bagi perempuan.
Lihatlah bagaimana Agama ini mendudukkan perempuan di tempat yang mulia dan adil...!!! Apalagi bila kita (laki-laki dan perempuan) membaca buku tentang Sayyidah Khadijah r.a. sebagai pendukung utama (pikiran, harta, dan kehidupannya) dalam perjuangan Rasulullah menegakkan Islam menjadi Agama terbesar di Bumi ini...!!!
Mengapa belajar dari sumber-sumber Barat yang mengelabui akal sehat yang luhur dan kemuliaan perempuan...?, sementara buku-buku tentang perempuan-perempuan hebat yang berjuang menyeimbangkan kehidupan (baca keadilan gender) dari sumber-sumber pokok justru diabaikan...?
Belajarlah dari Ummul Mukminin....!!!
. . .

Comments
Post a Comment
Komen2x: