Lucu Yang Mengharukan

Bapakku Taha Tama tadi sore sekira pukul 16.00 terbangun dari tidur dan langsung Shalat Subuh. Setelah itu beliau baring dan mendengarkan radio. 

Saat azan Magrib di Masjid berkumandang, saya ingatkan beliau untuk Shalat. Enteng saja beliau jawab, "duluan saja". Juga dengan enteng saya beranjak dari beliau lalu azan Magrib.

Bersamaan dengan kalimat Allahu Akbar, ternyata beliau keraskan volume radio yang selalu berada di sampingnya, menyaingi suara azan. Saya tentu terusik, tapi maklum saja, tambah volume azan sampai selesai. Sayup suara azan didengarnya, lalu mengecilkan volume radio, dan bertanya, azan apa itu...? Serempak penduduk rumah menyahut, Azaan Magriibbb....!!! Beliau jawab begini, "Ah Masa...?,  barusan saya Shalat Subuh, kenapa sekarang sudah Magrib...??? 

Pendek kata, Bapakku Shalat Subuh pukul 16.00 disusul Magrib pukul 18.07 waktu Paleleh. Lucu tapi mengharukan. 

Lucu karena beliau salah mengerjakan shalat. Mungkin Allah juga tersenyum dan terharu menyaksikan kelakuan hamba NYA yang satu ini.  Mengharukan, karena beliau memang tidak mengenal lagi waktu siang atau malam. Baginya setiap hari adalah kegelapan. 

Usia beliau sekarang 93 tahun. Mata beliau buta sejak tahun 1980. Jadi sekira 42 tahun tidak melihat setitik cahaya pun, apalagi kesombongan dunia dan pernak perniknya. Maka itulah, karena hampir seharian mendung, saat bangun dari tidur siang, beliau mengira bangun subuh. Saya membantin, mungkin beliau tidur sangat lelap dan dalam. Atau pengaruh Usia lanjut. Andai Beliau tidak Buta, lucu yang mengharukan ini tidak terjadi.

Saya telah menarik pelajaran dari kisah nyata. Betapa Nikmat penglihatan dari Allah kepada kita tidak sebanding dengan seluruh isi bumi. Betapa rasa syukur dan segala puji yang dihaturkan kepada NYA tidak sebanding dengan Nikmat dari-NYA, meski hanya 1 bola mata saja yang dapat melihat. 

Betapa rendahnya aku dan seluruh penghuni langit dan bumi di hadapanmu, ya Allah. Kami kurang bersyukur, lebih banyak mengeluh. 

Dunia dan hingar bingarnya sungguh tak berarti bagi Taha Tama, tetapi bagi saya dunia menindih dan memaksa takluk. Semakin kuat melawan, semakin berat rasanya keseluruhanku menghadapi kuasa dunia. Andai bukan karena Rahmat Allah, maka Aku adalah seburuk-buruk manusia.

Bagi teman-teman yang sedang hadapi cobaan, seberat apapun itu, sujudlah, mohonlah kepada Allah, jangan berharap kepada yang lain. Menangislah dalam sujud, lalu sampaikanlah keluh kesah, mintalah segala sesuatu, meski hanya segenggam beras, hanya kepada Allah. Maka nikmatilah Rahmat NYA. 

Saya telah bertanya kepada Bapakku, "pernahkah Papa meminta kepada Allah supaya dapat melihat lagi...?" Jawab beliau, "tidak, papa bersyukur dibutakan-NYA, karena dengan begini bisa terhindar dari dosa". Semoga Allah memuliakanmu di dunia dan akhirat Pa...!!!




Comments

Popular Posts