Selamat ya bro Muchlis, komiu akan segera dilantik jadi Bupati antar waktu Buol.
Beliau teman seangkatan saya di SMA Negeri 1 Palu. Kami anak-anak SMANSA menyapa beliau dengan panggilan gaul Mue. Orangnya baik, berteman dengan siapa saja, supel, dan cerdas. Tidak heran beliau punya karir cemerlang di Birokrasi Pemerintah Provinsi Selawesi Tengah. Tentu saya bangga punya teman yang sukses di birokrasi. Sekarang komiu ditantang untuk menunjukkan prestasi sebagai Plt. Bupati Buol. Semoga saat kita bertemu nanti di Buol, komiu tidak lupa wajah saya, dan kita pernah berteman di masa SMA.
Buol adalah salah satu Daerah Kabupaten yang paling Unik dan kadang-kadang aneh, saking Uniknya. Buol adalah satu-satunya daerah dalam wilayah administrasi Provinsi Sulawesi Tengah yang hampir 100% Homogen.
Bahasa ibunya Buol dengan dialeg buol, suku bangsanya Buol, adat istiadatnya juga Buol. Buol, satu-satunya daerah yang memiliki ikatan geneologis (hubungan daerah) paling kuat di Sulawesi Tengah. Proses amalgamasi (kawin-mawin) oleh para leluhurnya entah disetel dengan cara bagaimana, tidak menghilangkan kemurnian "darah Buol", sehingga Akulturasi di daerah Nenek Moyang saya ini tidak menyebabkan terjadinya perubahan kultural yang mendasar.
Tetapi perlu komiu ketahui (semoga catatan ini sampai kepada mu bro Mue), bukan berarti Kabupaten Buol sepi dari perbedaan.
Dalam satu keluarga Batih (keluarga inti) saja, bila berbeda pilihan politik dapat menjadi sumber konflik yang merusak hubungan geneologis, apalagi di luar dari ikatan ini.
Satu Marga yang sama di Kabupaten Buol bisa menjadi musuh babuyutan, bisa saling hujat, bisa saling rebut kekuasaan, bisa saling bunuh....!!! Padahal seperti ku bilang tadi, kami berasal dari satu pohon yang sama.
Di kala Indonesia belum ada, di zaman Hindia Belanda, salah seorang buyut saya telah diracun oleh saudara sepupunya sendiri, hanya karena pergantian kekuasaan di Kerajaan Buol. Saya terpaksa mengungkap ini, karena saya harus memberitahukan kepada komiu, agar sejak dini mengetahui, bahwa harga kekuasaan di Buol sangat tinggi. Sungguh sangat tinggi, karena antara sesama kami orang Buol dapat memutus silaturahim, sekali lagi silaturahim, mengingat kami berasal dari rahim yang sama...!!!
Sebagai teman, saya merasa perlu menyampaikan ini di hadapan publik, karena siapa pun dapat membaca informasi ini, termasuk mereka yang mengirim komiu ke Buol.
Kalau komiu dikirim dengan alasan demi kebaikan rakyat Buol, demi kesejahteraan rakyat Buol, demi rasa adil yang tidak pernah hadir, demi konflik agraria yang harus diselesaikan, demi mendapat Ridha Allah, maka sungguh saya sangat berbahagia lahir batin.
Tetapi, bila komiu diutus sembari memanggul kepentingan pihak-pihak yang hendak menjadikan Buol sebagai ladang Investasi untuk kesejahteraan kuasa Modal, yang akan melanjutkan derita sebagian rakyat Buol, maka berarti komiu sekadar menjadi perpanjangan tangan orang-orang serakah...!!! Komiu hanya dijadikan boneka kepentingan. Sungguh saya merasa sedih, bila komiu sebagai teman saya diperlakukan sedemikian itu.
Pesanku, pakailah Hati dan Rasionalitas mu bro Mue, insya Allah, DIA yang akan menjaga komiu dari macam-macam konsekuensi setelah jadi Plt. Bupati Buol. Jadilah Pemimpin, bukan Penguasa.
Sehat Selalu Bung, bersandarlah hanya kepada Allah, bukan kepada penguasa di atas komiu, bukan pula kuasa-kuasa modal yang sedang antri menunggu Komiu tanda tangani IUP-IUP dan HGU baru dan/atau perpanjangannya.
Salam Hangat dari saya, dan kami mantan anak SMANSA.
Source:

Comments
Post a Comment
Komen2x: